Sinopsis Jenderal Soedirman, Film Biopik Pemimpin Perang Gerilya

Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 rupanya belum seutuhnya benar. Masih ada ancaman dari pihak Belanda yang berpotensi menyerang kembali Indonesia. 

Namun berkat pahlawan bangsa, Indonesia kembali menang dan Belanda sepenuhnya mengakui kedaulatan Indonesia.

Loading...

Salah satu pahlawan yang sangat berjasa yaitu Jenderal Soedirman. Beliau berjuang mati-matian mempertahankan kemerdekaan Indonesia, meski sebenarnya hidupnya berada di ujung maut karena hanya memiliki 1 paru-paru saja.

Simak kisahnya melalui sinopsis Jenderal Soedirman berikut ini.

Informasi Film Jenderal Soedirman

  1. Judul : Jenderal Soedirman
  2. Genre : Biografi
  3. Negara : Indonesia
  4. Bahasa : Bahasa Indonesia, Belanda, Jawa, dan Inggris
  5. Penayangan : 27 Agustus 2015
  6. Penulis : Tubagus Deddy
  7. Sutradara : Viva Westi
  8. Produser : Sekar Ayu Asmara
  9. Pemeran :
    • Adipati Dolken
    • Mathias Muchus
    • Ibnu Jamil
    • Lukman Sardi
    • Baim Wong
    • Nugie
    • Landung Simatupang
    • Annisa Hertami

Sinopsis Jenderal Soedirman

Mulanya, Indonesia dan Belanda telah resmi terlibat perjanjian Renville. Perjanjian ini resmi diakui sejak tanggal 17 Januari 1948.

Secara garis besar, perjanjian ini berisi tentang aturan batas wilayah antara Indonesia dan Belanda. Garis batas tersebut dikenal dengan istilah Garis Van Mook. Namun pada akhir tahun 1948, Belanda melanggar perjanjian ini secara sepihak.

Tidak hanya itu, Belanda bahkan mulai menyerang Yogyakarta. Serangan ini dicatat sebagai serangan Agresi Militer II, dipimpin oleh Jenderal Simons Spoor.

Mendengar kabar ini, Jenderal Soedirman segera bertolak ke wilayah selatan untuk melawan Belanda. Perjalanan yang ditempuh cukup lama, yaitu sekitar 7 bulan.

Saat itu, Jenderal Soedirman sedang sakit paru-paru yang parah, namun tetap kuat bertekad.

Selama di Jawa, Jenderal Soedirman dan 12 rekannya selalu “kucing-kucingan” dengan pasukan Belanda. Namun akhirnya, salah satu rekan Jenderal Soedirman yang bernama Karsani gugur akibat ditembak pasukan Belanda.

Peperangan semakin mencekam, karena rupanya ada seseorang yang berkhianat. Orang tersebut memberitahu pihak Belanda tentang lokasi persembunyian Jenderal Soedirman.

Meski begitu, Jenderal Soedirman selalu bisa lolos dari kejaran Belanda. Selama perang gerilya ini, beliau didampingi oleh rekan-rekannya yang begitu loyal.

Terbukti saat Jenderal Soedirman sedang sakit, mereka menempatkan Sang Jenderal di atas tandu. Rute perang gerilya ini cukup panjang, dimulai dari Yogyakarta, Kediri, Pacitan, sampai berhasil kembali lagi ke Yogyakarta pada tahun 1949.

Review Jenderal Soedirman

Sinopsis Film Jenderal Soedirman sekilas memang seperti materi sejarah saat kamu sekolah ya? Memang benar, film ini menggambarkan perjuangan Jenderal Soedirman yang begitu semangat melawan Belanda.

Beliau rela mengorbankan diri sendiri demi kepentingan bangsa Indonesia. Jenderal Soedirman juga merupakan sosok yang cerdas.

Terbukti, meskipun fisik beliau sakit namun mampu mengecoh Belanda dengan trik perang gerilyanya. Film ini sangat bagus dan layak untuk ditonton.

Semua setting dan tokoh-tokohnya 90% sama dengan kejadian aslinya pada masa itu. Tidak hanya soal “perang”, film ini juga menampilkan konflik-konflik politik antara pemerintah Indonesia dan Belanda.

Selain menghibur, film ini tentu saja bisa menjadi media edukasi untuk penontonnya. Khususnya buat kamu yang masih sekolah, nih. 

Nilai moral yang diberikan juga cukup menyentuh emosi penonton. Terutama pada scene perjuangan Jenderal Soedirman menahan sakitnya sendiri demi mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Kontroversi Film Jenderal Soedirman

Meski film ini sangat bagus dan mengedukasi, namun ada hal-hal yang menimbulkan kontroversi. Salah satu yang paling menonjol adalah istilah “pengkhianat” yang disematkan kepada Presiden Soekarno.

Hal ini bermula saat Presiden Soekarno tidak melaksanakan janjinya di awal. Mulanya beliau berjanji akan ikut bergerilya ke wilayah hutan.

Namun nyatanya, sesuai pertimbangan banyak pihak hal ini batal dilakukan. Salah satu pertimbangan besar yaitu jika Presiden Soekarno ikut masuk ke hutan, maka akan butuh banyak pasukan untuk mengawalnya.

Hal ini justru akan berbahaya dan sangat mudah diintai oleh pasukan Belanda. Maka, dipilihlah Jenderal Soedirman dan anak buahnya saja.

Menilai Presiden Soekarno seorang “pengkhianat” rasanya terlalu ekstrim. Apalagi ditampilkan dalam sebuah film, sangat tidak sopan.

Seharusnya, film ini cukup menonjolkan karakter Jenderal Soedirman saja tanpa perlu menjatuhkan karakter tokoh lainnya. Apalagi yang dijatuhkan adalah sosok Presiden, yang tentu sangat disegani oleh siapapun.

Loading...

Reply