Sinopsis Bumi Manusia, Film yang Sukses Bawa Pulang Dua Piala Maya 2020

Film By Kaito November 16, 2020 No Comments

Pada 2019 lalu, layar perak bioskop Indonesia cukup banyak diwarnai oleh film berlatar belakang sejarah. Salah satu film yang banyak diperbincangkan adalah Bumi Manusia.

Film garapan Hanung Bramantyo itu menjadi film yang mendapatkan nominasi terbanyak di ajang Piala Maya tahun 2020.

Dalam perhelatan Piala Maya ke-8 itu, Bumi Manusia berhasil meraih 14 kategori dari 23 nominasi yang ada, antara lain:

Film Terpanjang / Film Bioskop Terpilih
Penyutradaraan Terpilih: Hanung Bramantyo
Aktris Utama Terpilih: Sha Ine Febriyanti
Aktor Pendukung Terpilih: Whani Dharmawan
Aktor Pendatang Baru Terpilih: Jerome Kurnia
Skenario Adaptasi Terpilih: Salman Aristo
Tata Kamera Terpilih: Ipung Rachmat Syaiful
Tata Musik Terpilih: Andhika Triyadi
Penyuntingan Gambar Terpilih: Sentot Sahid, Reynaldi Christianto
Tata Suara Terpilih: Krisna Purna, Khikmawan Santosa, Satrio Budiono, Wahyu Tri Purnomo
Tata Rias Wajah & Rambut Terpilih: Jerry Octavianus
Tata Kostum Terpilih: Retno Ratih Damayanti
Tata Efek Khusus Terpilih: Raiyan Laksamana
Tata Artistik Terpilih: Allan Sebastian

Dari 14 nominasi tersebut, film yang ditaksir menghabiskan biaya sebesar 30 miliar tersebut sukses memboyong dua piala, yaitu untuk nominasi Tata Kostum Terpilih dan Penyuntingan Gambar Terpilih.

Film Bumi Manusia merupakan adaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama karya sang maestro Pramoedya Ananta Toer.

Tiga puluh sembilan tahun sejak dirilis, buku ini sempat dilarang beredar di era Orde Baru. Novel yang lahir di tahun 1980 dan telah melewati berbagai ancaman pemberangusan itu kini bisa dinikmati dalam sebuah film.

Sinopsis Bumi Manusia

Berlatar pada masa penjajahan Belanda, film ini mengisahkan tentang seorang pemuda pribumi bernama Minke (diperankan Iqbaal Ramadhan) yang melihat begitu banyak ketidakadilan di sekelilingnya.

Minke yang berkesempatan belajar di HBS (Hogere Burger School) alias sekolah menengah untuk kaum Belanda dan para priyayi ini, bertekad ingin menghancurkan berbagai sistem yang diciptakan Belanda, terutama mengenai perbudakan, rasisme, dan aturan yang tidak adil terhadap pribumi.

Ia sangat lantang menyuarakan kegelisahannya itu melalui banyak tulisan yang terbit di berbagai surat kabar. Melalui tulisannya itu, Minke yang menggunakan nama pena Max Tollenaar, mampu membakar semangat para pribumi untuk melawan pemerintahan Belanda.

Kesadaran Minke terhadap rasa kebangsaan dan kemanusiaan kemudian bangkit lewat pertemuan dan benturan dengan berbagai tokoh cerita. Sosok yang paling ia kagumi adalah Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti). Ia digambarkan sebagai istri simpanan dari seorang Belanda yang dipandang miring oleh masyarakat.

Meski demikian, di mata Minke, Nyai Ontosoroh begitu pintar walau tak pernah mengenyam pendidikan. Dirinya juga mampu mengelola bisnis tuannya, serta memiliki sikap dan pendirian tegas yang tidak lazim dilakukan oleh seorang nyai (sebutan untuk gundik).

Nyai Ontosoroh memiliki seorang putri bernama Annelies Mellema (Mawar De Jongh), yang kepadanya, Minke menjatuhkan hati. Meskipun ia lahir dari keturunan Belanda-Indo, namun Annelies ingin diakui sebagai seorang Jawa tulen seperti ibunya.

Cintanya pada Annelies membuat Minke mengalami pergulatan tak berkesudahan. Kisah cinta yang rumit itu pula yang membuat Minke semakin berapi-api dalam memprovokasi pribumi untuk meminta keadilan dari pemerintah kolonial.

Tak hanya bercerita tentang tiga tokoh sentral tersebut, Bumi Manusia juga turut menghadirkan tokoh lain, seperti Robert Surhof (Jerome Kurniawan) yang merupakan kawan Minke. Melalui Robert inilah, Minke bisa menemukan momen pertemuan dengan Annelies. Ada pula Robert Mellema (Giorgino Abraham). Ia adalah kakak dari Annelies dan bertabiat buruk.

Tak hanya berkawan dengan Robert Surhof, Minke juga memiliki sahabat lain berkebangsaan Perancis bernama Jean Marais (Hans de Kraker). Melalui Jean ini, Minke belajar banyak hal dan mendapatkan petuah-petuah baik.